Jumat, 25 Februari 2011

Anemia pada Ibu Hamil

KAJIAN TEORI ANEMIA PADA IBU HAMIL




A. Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan ialah suatu kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr % terutama pada trimester I dan trimester ke III atau kadar Hb. Anemia dalam kehamilan adalah kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007). B. Etiologi Etiologi anemia pada kehamilan, yaitu: a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah. b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. c. Kurangnya asupan zat besi dalam makanan. d. Kebutuhan zat besi meningkat untuk pertumbuhan janin. e. Gangguan pencernaan dan absorbsi. C. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. D. Gejala Gejala anemia pada kehamilan yaitu : -ibu mengeluh cepat lelah -sering pusing -mata berkunang-kunang -malaise -lidah luka -nafsu makan turun (anoreksia) -konsentrasi hilang -nafas pendek (pada anemia parah) -keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda Secara sistemik, dapat diuraikan sebagai berikut : 1.Sistem jantung : nafas pendek, dispnea sewaktu kerja berat, gelisah 2.Sistem pernafasan : nyeri dada, batuk, sesak nafas, demam, gelisah 3.Sistem saraf pusat : pusing, kejang, sakit kepala, gangguan BAK dan BAB 4.Sistem genitourinaria : nyeri pinggang, hematuria 5.Sistem gastrointestinal : nyeri perut, hepatomegali, demam 6.Sistem okular : nyeri, perubahan penglihatan, buta 7.Sistem skeletal : nyeri, mobilitas berkurang, nyeri dan bengkak pada lengan dan kaki. E. Akibat yang di timbulkan a.Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan: -Abortus -Kematian bayi dalam kandungan -Missed Abortus dan kelainan kongenital b.Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: -Persalinan prematur -Perdarahan antepartum -Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim -Asfiksia aintrauterin sampai kematian -BBLR -Gestosis dan mudah terkena infeksi -IQ rendah c.Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan : -Gangguan his baik primer maupun sekunder -Janin akan lahir dengan anemia, dan -Persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah -Lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim, pendarahan post – partum, rentan infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan hb kurang dari 4 g -Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan shock bahkan kematian ibu saat persalinan, meskipun tak disertai pendarahan d.Saat post partum anemia dapat menyebabkan : -Tonia uteri -Retensio placenta -Pelukaan sukar sembuh -Mudah terjadi febris puerpuralis, dan -Gangguan involusio uteri. F. Derajat Anemia Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl. Klasifikasi anemia yang lain adalah : a. Hb 11 gr% : Tidak anemia b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang d. Hb < 7 gr% : Anemia berat G. Pencegahan Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun. H. Pengobatan 1. Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. 2. Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 3. Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. 4. Bedah Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel. 5. Suportif Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan). I. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% – 50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM. b. Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk bulan sabit. c. Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait). d. Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait. e. LED : meningkat. d. GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2. e. Bilirubin serum : meningkat. f. LDH : meningkat. g. IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal. h. Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang. j. Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

1.Pengkajian
-Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
-Identitas penanggung.
-Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu.
-Keluhan utama : pada keluhan utama akan nampak semua apa yang dirasakan klien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun dan pucat.
-Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita.
-Pemerisaan fisik
1.Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan / kelemahan terus-menerus sepanjang hari, ebutuhan tidur lebih besar dan istirahat.
Tanda : Gangguan gaya berjalan.
2.Sirkulasi
Gejala : Palpitasi atau nyeri.
Tanda : Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna kulit pucat atau sianosis, konjungtiva pucat.
3.Eliminasi
Gejala : Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari).
4.Integritas ego
Gejala : Kuatir, takut.
Tanda : Ansietas, gelisah.
5.Makanan / cairan
Gejala : Nafsu makan menurun.
Tanda : Penurunan berat badan, turgor kulit buruk dengan bekas gigitan, tampak kulit dan membran mukosa kering.
6.Hygiene
Gejala : Keletihan / kelemahan
Tanda : Penampilan tidak rapi.
7.Neurosensori
Gejala : Sakit kepala / pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.
8.Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada punggung, sakit kepala.
Tanda : Penurunan rentang gerak, gelisah.
9.Pernafasan
Gejala : Dispnea saat bekerja.
Tanda : Mengi
10.Keamanan
Gejala : Riwayat transfusi.
Tanda : Demam ringan, gangguan penglihatan.
11.Seksualitas
Gejala : Kehilangan libido.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen(nutrisii dengan kebutuhan
3.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/ absorbsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal
4.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasidaan neurologist (anemia)
5.Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat
6.Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder yang tidak adekuat
7.Kurang pengetahuan dan kondisi prognosis serta kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi

3. Nurse Care Planning
1.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel
Tujuan
Perfusi jaringan kembali normal
Kriteria hasil
Tanda vital stabil
Membrane mukosa warna merah muda
Pengisian kapiler baik
Haluaran urine yang adekuat
Mental seperti biasa (mampu berorientasi)

Intervensi
1.Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membrane mukosa, dasar kuku
2.Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
3.Awasi upaya pernafasan ; auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi adventius
4.Selidiki keluhan nyeri dada. Palpitasi
5.Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung
6.Orientasi ulang pasien sesuai kebutuhan. Catat jadwal aktivitas pasien untuk dirujuk. Berikan cukup waktu untuk pasien berpikir, konunikasi dan aktivitas
7.Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasihindari pengguanaan bantalan penghangat atau botol air panas, ukur suhu dengan thermometer
8.Awasi pemeriksaan laboratorium
9.Berikan sdm darah lengkap. Produk darah sesuai indikasi serta awasi komplikasi tranfusi
10.Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional
1.Memberikan informasi tentang derajat keadekuatan perfusi jaringandan membantu menentukan kebutuhan intervensi
2.Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.(contraindikasi bagi hipotensi)
3.Dispneu gemericik menunjukkkan gjk karena regangan lama atau peningkatan kompensas curah jantung
4.Iskemia seluler mempengaruh jaringan miokardial atau potensial resiko infark
5.Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi vitamin b 12
6.membantu memperbaiki proses berfikir dan kemampuan melakukan/mempertahankan kebutuhan komunikasi social
7.vasokontriksi ke organ vital menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien atau kebutuhan untuk menghndari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan fungsi organ)
8.mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau repon terhadap terapi
9.termoreseptor jaringan dermal dangaal karena gangguan oksigen
10.meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen , memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan
11.memaksimalkan transport oksigen ke jaringan

2.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/ absorbsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal
Tujuan
Menunjukkan nutrisi adekuat
Krieria hasil
Peningkatan BB (stabil) dengan nilai lab. Normal
Tak mengalami tanda malnutrisi
Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/ atau mempertahankan BB yang sesuai
Intervensi
1.Kaji riwayat, termasuk makan yang sesuai
2.Observasi dan catat masukan makanan px
3.Timbang BB tiap hari
4.Berikan makanan sedikit tapi sering
5.Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan
6.Berikan oral hygiene sesuai indikasi
7.Konsul pada ahli gizi
8.Berikan diet halus, redah serat menhindari makanan panas pedas atau terlalu asin sesuai indikasi
9.Berikan suplemen nutrisi
Rasional
1.mengidentifikasi defisensi, menduga kemungkinan intervensi
2.mengawasi msukan kalori atau kwalitas kekurangna konsumsi makanan
3.mengawasi penuruan BB atau efektivitas intervensi nutrisi
4.menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster
5.gejala GI dapat menunjukkan efek anemia atau hypoxia pada organ
6.meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral
7.membantu dalam membuat rencana diet untuk mememnuhi kebutuhan individual
8.bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi pasien
9.meningkatkan masukan protein dan kalori

3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen(nutrisii dengan kebutuhan)
Tujuan
Aktivitas kembali normal
Krieria hasil
Peningkatan aktivitas
Penurunan tanda fisiologis intoleransi
TTV stabil (normal)
Intervensi
1.kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas atau AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan ean kesulitan menyelesaikan tugas
2.kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot
3.awasi TTV
4.berikan lingkungan tenang dan pertahankan tirah baring
5.ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
6.prioprtaskan jadwal askep untuk meningkatkan istirahat
7.berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi b/p memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin
8.rencanakan kemajuan aktivitas dengan px, termasuk aktivitas yang pasien opandang perlu
9.gunakan teknik penghematan energi
10.anjurkan px untuk menghentika aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan atau pusing terjadi
Rasional
1.mempengaruhi pilihan intervensi atau pilihan
2.menunjukkan perubahan neurology karena defisiens vit B12
3.manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
4.meningkatkan istirahat untuk menurunkan keb. Oksigen tubuh
5.hipotensi postural atau hypoxia serebral, berdenyut dan –peningkatan resiko cedera
6.mempertahankan dan meningkatkan regangan pada system jantung dan pernafasan
7.membantu b/p, harga diri di tingkatkan bila px melakukan sesuatu sendiri
8.meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot
9.mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan
10.regangan atau steres kardiopulmonl berlebihan dapat menimbulkan dekompensasi

0 komentar:

Posting Komentar