Jumat, 25 Februari 2011
Preeklamsi
A. PENGERTIAN
Per eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam Muctar, 1998 ).
Preeklampsi adalah penyakit primigravida dan kalau timbul pada seorang multigravida biasanya ada factor predisposisi seperti hypertensi, diabetes atau kehamilan ganda. Preeklampsi diketahui dengan timbulnya hypertensi, proteinuria dan oedema pada seorang gravida yang tadinya normal. Penyakit ini timbul sesudah minggu ke 20 dan paling sering terjadi pada primigravida yang muda. Kalau tidak diobati atau tidak terputus oleh persalinan dapat menjadi eklampsi.
B. ETIOLOGI
Sebab preeklampsi belum diketahui tapi pada penderita yang meninggal karena eklampsi terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat, tapi kelainan yang menyertai penyakit ini ini ialah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coagulasi intravaskuler.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagi gejala yang menyertai eklampsi.
Karena penyakit ini masih merupakan teori, maka perlu kita untuk mengetahui factor predisposisi terjadinya penyakit ini. Misalnya, antara lain: primigravida, hiperplasentosis (molahidatidosa, gemeli, diabetes mellitus, hidrops fetalis), umur yang ekstrim untuk hamil, riwayat penyakit ginjal dan darah tinggi sebelumnya dan riwayat keluarga preeklasi-eklamsi. Ini penting, karena ibu yang memiliki factor predisposisi lebih berpeluang jika dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki factor predisposes untuk terjadi preeklamsi.
C. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Hypertensi : gejala yang paling dulu timbul ialah hypertensi yang terjadi tiba-tiba, sebagai batas diambil tekanan darah 140 mm systolis dan 90 mm diastolis tapi juga kenaikan systolis 30 mm atau diastolis 15 mm diatas tekanan yang biasa merupakan pertanda. Tekanan darah dapat mencapai 180 mm systolis dan 110 mm dyastolis tapi jarang mencapai 200 mm.jika tekanan darah melebihi 200 mm maka sebabnya biasanya hypertensi essentialis.
2. Oedema : timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan. Penambahan BB ½ kg pada seorang yang hamil dianggap normal,tapi kalau mencapai 1 kg seminggu atau 3 kg dalam sebulan preeklampsi harus dicurigai. Tambah berat yang sekonyong-konyong ini disebabkan oleh retensi air dalam jaringan dan baru oedema nampak.oedema ini tidak hilang dengan istirahat.
3. Proteinuria : Proteinuria sering diketemukan pada preeklampsi,rupa-rupanya karena vasopasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hypertensi dan tambah berat.
4. Gejala-gejala subyektif : perlu ditekankan bahwa hypertensi, tambah BB dan proteinuria yang merupakan gejala-gejala yang terpenting dari preeklampsi tidak diketahui oleh penderita. Karena itu prenatal care sangat penting untuk diagnosa dan terapi preeklampsi dengan cepat. Baru pada preeklampsi yang sudah lanjut timbul gejala-gejala subyektif yang membawa pasien ke dokter.
Gejala subyektif itu ialah :
a)Sakit kepala yang karena vasospasmus atau oedema otak.
b)Sakit dihulu hati karena regangan selaput hati oleh karena haemorrhagia atau oedema, atau sakit perubahan pada lambung.
c)Gangguan penglihatan,penglihatan menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan vasopasmus,oedema atau ablatic retinae. Perubahan ini dapat dilihat dengan ophtalmoskop.
E. KLASIFIKASI PRE EKLAMSI
Pre eklamsi digolongakan ke dalam pre eklamsi ringan dan pre eklamsi berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
Pre eklamsi ringan
1.Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan inetrval pemeriksaan 6 jam.
2.Tekanan darah diastolik 90 atau 15 mm Hg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
3.Kenaikan berat badan 1 Kg atau lebih dalam seminggu.
4.Proteinura 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
Pre eklamsi berat
Bila salah satu di antara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil sudah dapat di golongkan preeklamsi berat :
1.Tekanan darah 160/110 mm Hg.
2.Oliguoria, urin kurang dari 400 cc/24 jam.
3.Proteinuria lebih dari 3 gr/liter.
4.Keluhan subjektif :
Nyeri epigastrium
Gangguan penlihatan
Nyeri kepala
Edema paru dan sianosis
Gangguan kesadaran
5.Pemeriksaan :
Kadar enzim hati meninmgkat disertai ikterus
Perdarahan pada retina
Trombosit kurang dari 100.000/mm.
Peningkatan gejala dan tanda pre-eklamsi berat memberikan petunjuk akan terjadi eklamspia.yang mempunyai prognosa buruk dengan angka kematian maternal dan janin tinggi.
F.TES DIAGNOSTIK
1.Tes diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
2.Tes laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi).
Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya).
Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
Uji untuk meramalkan hipertensi
Roll Over test
Pemberian infus angiotensin II.
F. PENATALAKSANAAN
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti mengenai tanda – tanda sedini mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
Hendaknya janin lahir hidup.
Trauma pada janin seminimal mungkin.
ASUHAN KEPERAWATAN pada ibu hamil dengan PREEKLAMSI
A. PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
1. Data subyektif :
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
2. Data Obyektif :
Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (jika refleks + )
Pemeriksaan penunjang ;
Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
USG ; untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
2.Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
3.Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah ).
4.Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa keperawatan I:
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
- Ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
1.Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
2.Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3.Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4.Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
Diagnosa keperawatan II:
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1.Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2.Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptif
3.Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
4.Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada sehingga dapat membawa ketenangan hati
Diagnosa keperawatan III :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
- Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
1.Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupakan indikasi dari PIH
2.Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3.Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4.Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
5.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar